May 30, 2015

an aversive stimuli

sakit
patah hati
terluka
kecewa
and all of the burden

aku mungkin sudah terbiasa dengan keberadaan itu semua
ada masanya di mana aku hanya membutakan mata ketika harus melangkah maju
dan ada masanya di mana aku hanya menulikan telinga ketika harus saling menyapa

kenapa ya, sakit itu memilih datang dan pergi terus menerus
sebenarnya apa yang ia cari?

aku rindu akan siasat malam merengkuh diri ini
menyembunyikan seluruh kepahitan yang hampir tertelan di ujung tenggorokan
membiarkan luka dan perih saling berpapasan lalu seketika itu juga lenyap bersamaan
namun aku tahu, ia hanya sebatas pada malam

ternyata semua tidak pernah semudah itu. sepi, sendiri, rindu, aku benci itu semua

apa aku masih sanggup untuk 5 6 tahun mendatang
menapaki hal yang sama berulang kali?
semoga pusing tujuh keliling tidak menghampiri
dan nestapa tidak menusuki
kalau tidak mungkin akan ada masanya di mana aku harus menyerah

menyerah pada kenyataan yang aversif.

No comments:

Post a Comment