Aug 2, 2012

so long...grandpa :"(

30 Juli 2012. hari itu aku kehilangan opaku, Leo Dhanardaya. ayah dari ayahku. dan berarti aku sudah tidak lagi memiliki kakek. keduanya sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.


opa sudah lemah, aku tahu itu sejak lama. kesehatannya di usia yang tidak lagi muda, bahkan hampir menginjak 80 tahun di Oktober nanti, sudah sangat menurun. susah makan. susah berjalan sendiri. sampai susah berbicara. cukup lama sampai aku tahu ternyata kata dokter opa mengalami gejala parkinson, dan ini merupakan salah satu faktor yang mempercepat penurunan kesehatannya. opa yang semula masih bisa berjalan dan ke gereja bersama keluargaku, masih sering jalan dan olahraga pagi di taman depan, yang masih makan nasi dan buah yang dikupasnya sendiri, sudah semakin memburuk keadaannya. beliau harus dituntun sampai akhirnya makan harus makan bubur. dan kemudian kondisinya semakin buruk setelah suatu hari opa jatuh dan mengalami kebocoran di kepalanya bagian belakang. opa dibawa ke rumah sakit dan mendapat jahitan kecil pada kepalanya, lalu, opa hanya bisa terbaring di tempat tidur.


selama itu kondisinya tidak kelihatan membaik. omaku dengan sabar menyuapinya makanan. yang sebenarnya hanya merupakan susu yang kentalkan. minum air putih pun hanya bisa disuapi seperti menyuap kuah. tapi opa masih saja memperdulikan keadaan dan kepentingan orang lain. setiap aku datang, opa tidak mau menunjukkan kelemahannya, padahal untuk mengangkat tangannya sendiri saja merupakan perjuangan keras bagi dirinya. saat opa masih terbaring di tempat tidurnya, aku sempat menggenggam tangannya dan tertidur di sampingnya, sambil menangis.


satu hari, opa sudah tidak bisa menerima masuk makanan yang diterimanya. justru malah dimuntahkan. dan omaku sudah tidak sanggup lagi mengurusinya sendiri terus menerus. akhirnya oma memutuskan untuk memasukkan opa ke rumah sakit, carolus. sejak 14 Juli opa dirawat di sana. sampai kurang lebih 3 hari, opa sempat masuk ruang icu. aku sedih sekali melihat keadaannya. kurus sekali, tapi perutnya menggembung, karena ada yang tidak benar dengan pencernaannya. setelah beberapa hari akhirnya opa dipindahkan kembali ke kamar biasa. kurang lebih 2 minggu opa berada di rumah sakit. sabtu, aku sepulang sekolah langsung menuju rumah sakit untuk menjenguk opa. kata ayah dan ibuku keadaan opa sebenarnya sudah mulai membaik. opa sudah bisa tertawa lagi walau sedikit. sudah banyak bicara walau tidak jelas dan sulit untuk dimengerti. sudah bisa makan sekalipun menggunakan sonde. tapi kondisi fisiknya sebenarnya sudah sangat menyedihkan. tangan dan kakinya bengkak. perutnya sempat menggembung lagi. hari itu aku menemani opa bersama ibuku, menginap di rumah sakit. boleh dibilang aku tidur tidak sepulas di rumah, dan tiap kali aku terbangun aku menyadari opa sedang mendumel, tapi entah mengapa, aku tahu ada yang mengajaknya bicara sekalipun tak kelihatan sosoknya. sesekali ibuku menghampirinya dan menanyakan apa ada yang ingin disampaikan, tapi opa selalu berhenti ketika ditanya. karena banyak bicara itulah yang menyebabkan dirinya batuk terus menerus. tak berhenti hingga esok paginya. aku bangun dan bersama ibuku pergi sebentar mengikuti misa di kapel rumah sakit. sejak kembali dari kapel, pada panel oksigen dalam darah opa terus menurun jumlahnya dan membuat alarmnya terus berbunyi. sampai keluarga sepupu opa datang dan mengatakan ini mungkin sudah tidak lama lagi. aku sempat terlelap dan setelah terbangun, aku lihat ibu sudah sangat panik. semua anggota keluarga, tante, om sepupu-sepupuku, kakakku, ayahku dan tentunya oma diminta segera datang. tensi opa meningkat drastis, sangat tinggi. opa dalam keadaan kritis. hari minggu itu aku benar-benar seharian hanya di rumah sakit. sampai akhirnya ayahku, yang terakhir datang, kami semua berdoa dan sudah mengucapkan maaf kepada opaku. seperti mengucapkan salam perpisahan. tapi setelah itu keadaan kembali pada titik stabil. hampir tengah malam semua pulang, hanya tante dan ibuku yang tinggal menemani opa.


senin, aku yang lelah tidak pergi ke sekolah, sedang kedua sepupuku tetap masuk sekolah. tapi pagi hari aku dibangunkan dan ayah mengatakan opa kembali kritis. segera berbenah diri, aku, kakak, dan ayahku menuju rumah sakit setelah sebelumnya menjemput adik sepupuku di SMP PL. sepupuku satu lagi dijemput oleh supirnya setelah terlebih dulu mengantar oma ke sana duluan. tapi saat masih diperjalanan, ayahku menerima telepon dari ibuku dan mengatakan opa sudah tiada. kata ibuku, keadaannya saat itu parah. denyut jantungnya sudah sangat kecil. pernafasannya sudah tersengal. oksigennya sudah tidak terdeteksi. dan tensinya sangat tinggi. pukul 10.50. opa dipanggil oleh Sang Pencipta. setibanya kami di rumah sakit. ya, cuma ada tangis. aku kehilangan beliau, sosok yang bijaksana, tanggung jawab, peduli pada orang lain, dan sangat menyayangi kami semua.


selamat jalan opa, aku akan selalu mengenang dan merindukan opa.. i always love you ♥♥ ({}) :"*


ini ketika aku masih berusia 4 tahun

ini foto terakhirku bersama opa

No comments:

Post a Comment