Nov 13, 2013

ditemani malam

aku menjadi ragu akan makna kata
aku menjadi ragu akan makna rasa
rasa yang pernah berbalut tawa
rasa yang kini melebur bersama rasa sepi

aku ingin tuli, bila lagi-lagi ku memasang telinga akan kata itu 
 aku tak lagi haus akan kata
kata yang merajut makna demi makna
namun semakin membuat aku hilang ditelan kebimbangan

masihkah kata itu utuh?
utuh dengan segala pengertian yang ku dengar lewat deru nafasmu
utuh dengan segala cerita yang merangkai bersama langkah-langkah bahagia

karena semua itu aku menjadi ragu
ragu untuk menatap masa-masa yang ada di depan mata
ragu untuk meragu
ragu untuk menduduki kepastian

karena semua itu aku menjadi ragu akan satu
satu yang utuh
satu yang sempurna
satu yang kini pergi tanpa pamit
satu yang tinggal menjadi serpihan
serpihan tercecer tak terurus
serpihan terbuang yang bersisa luka
serpihan memori akan kata

dan yang membuat ku ragu, kata itu, cinta.
 (karena semua itu aku menjadi ragu)


malam,

kau tahu, saat ini waktumu menunjuk angka 11.20. sudah larut, ya aku tahu itu, tapi aku masih enggan menenggelamkan kepala ke dalam bantal.

kalau aku sudah menulis, itu artinya aku ingin sekali lagi melepas penat.
kalau aku sudah menulis, paling tak jauh-jauh dari rasa takut. jadi temani dan dengarkan saja ya.

entah apa yang kurasakan sekarang, rasanya kosong sekali. ada yang berat tetapi nyatanya hampa. apakah kehampaan juga mempunyai massa? masa iya?
kosong kan seharusnya ringan, tapi kepalaku seperti ditimpa batu. bertumpuk-tumpuk tanpa henti.

kantung mataku juga sudah menghitam. seperti mata panda...ah, andai kalau begitu aku menjadi lucu seperti panda, yang ada aku terlihat seperti zombie. seperti penderita insomnia tak berkesudahan.
mataku juga berat.... bukan, bukan kantuk yang kurasakan saat ini, tetapi beban. beban air mata yang entah tertahan oleh apa. beban air mata yang sekalipun aku ingin lepaskan, memilih untuk sembunyi.

kalau dibilang sedih...aku tidak.
tidak tahu
kalau dibilang kesal, jelas tidak. hanya rasanya ingin menangis, tetapi tidak bisa.
bahkan untuk menutupinya dengan senyuman juga tidak bisa. kalau pun bisa, yaa jelas itu fake. serba salah yaa, malam.

dan akhirnya aku cuma bisa menatap layar di depanku ini, sambil menarikan jemariku menulis rangkaian fonem beraksara. melantur, tak teratur. melantur bersamamu.

ah benar, mungkin aku hanya merasa gundah dengan masalah yang mendampingiku belakangan ini. ia memilih tinggal, katanya menemani sebentar... aku bukannya membiarkan, tetapi tidak bisa mengusirnya pergi. itu saja. sial kan? dan menyiksa, memang, namun aku harus apa lagi? teriak-teriak juga tiada guna kok. jadi aku diam saja. mengalah. mengalah dengan keadaan.

aku harap aku bukannya kalah. hanya mengalah.

malam, aku hanya bisa berharap waktu memutar balikkan rasa yang ada sekarang. setidaknya untuk esok hari menjadi lebih baik, sekalipun hanya sedikit saja. jadi, sayonara. sampai berjumpa lagi....

oiya, terimakasih atas 30 menitmu.

No comments:

Post a Comment