kapan lagi ada keadilan di dunia ini?
kapan lagi kebenaran itu bisa ditegakkan?
bukankah sudah bertahun-tahun dunia ini termasuk bangsa ini, bebas dari yang namanya penjajahan?
itu bullshit buat gue.
bangsa ini, negara ini, dunia di mana kita berpijak ini belum bebas dari yang namanya penjajahan. dan yang paling menyedihkan adalah, kita, manusia, terjajah mentalnya. kenapa gue bisa bilang gitu, honestly karena gue pun merasakan. hati nurani orang udah gak ada lagi yang hitam atau putih, semakin kita beranjak dewasa semua akan menjadi abu-abu. buram. kusam. memalsukan.
sebagai seorang remaja yang tinggal di bilangan perkotaan yang hidupnya dikelilingi oleh segala sesuatu yang serba "metropolitan", gue sadar masih banyak orang-orang yang bermental biadab, gak tau adat, gak tau diri, dan gak punya hati. kadang hukum menjadi satu hal yang gue benci. kenapa gitu? karena itu gak berguna sama sekali. semua bisa dibeli dengan uang, semua bisa dimanipulasi. tak ada lagi istilah transparansi bagi negeri ini. negara ini lama-lama bisa dibeli dengan sejumlah uang, apalagi mereka yang punya kedudukan, bisa melakukannya seenak jidat tanpa memikirkan yang di bawah. yang di bawah pun begitu, orientasi mereka hanya uang, yang kadang dengan embel-embel 'cari makan'.
karena uang, semua gak bisa lagi menegakkan keadilan dan kebenaran. itu menurut gue.
ada dari mereka yang mencuri. mencuri itu bisa diartikan banyak guys. yang paling simpel deh, mencuri jawaban teman saat kita, para pelajar, mengerjakan tugas. terus mental kita pas udah gede mau jadi apa? ada lagi, mencuri sejumlah besar uang (rakyat) menjadikan seseorang koruptor ulung, tapi masih bisa bebas dari jeratan jeruji. sedangkan, mencuri mangga tetangga sebelah aja bisa dipukuli dan digebuki habis-habisan oleh seluruh warga, sampai mati mungkin? terus yang memukuli diusut gak?
ada dari mereka yang memerkosa, melakukan sexual abuse. tapi apa kata aparat penegak hukum? 'siapa tahu yang diperkosa itu juga menikmati?' what the hell. kalau ada kata paksaan dalam suatu kasus kaya gini, ada tangis dan luka, apa masih pantas dipertanyakan? saya rasa tidak. apalagi kalau tindakan kekerasan seksual macam gini ditimpakan kepada anak-anak usia dini, yang masih di bawah umur, mereka gak ngerti apa-apa, mereka cuma jadi korban. korban karena luka masa lalu pelaku, kadang kala hanya karena itu. terus harus bales dendam kah?
ada dari mereka yang melanggar aturan. aturan sekolah, aturan adat, aturan lalu lintas, aturan yang lain-lain. ada kalanya di mana seorang pengendara mobil berkecepatan tinggi di jalur yang benar menabrak mati pengendara motor yang berasal dari arah berlawanan di jalur yang salah. polisis masih bisa mengatakan, 'kita lihat dulu siapa yang salah.' okelah, kalau si pengendara mobil ini mabok, berarti keduanya emang patut
disalahkan, tapi kalau dia gak melanggar apapun, siapa yang salah? apakah dia salah karena si pengendara motor itu jadi kehilangan nyawa?
atau pernahkah kita ke satu tempat dinas untuk mengurus berkas negara. terus selipin uang. langsung diurus cepet deh. mental lo cuma seharga duit berwarna merah selembar kah? mental kita cuma kalau ada duit aja kah? calo itu, hhh gatau lagi deh. apa kita butuh mereka? kalau iya berarti ada yang gak beres kan? kalau enggak berarti kita gak akan dibereskan urusannya toh?
jadi, mana yang menurut mu hitam dan mana yang menurut mu putih.
semua pertanyaan dan pernyataan di atas akan mengundang pikiran yang abu-abu kan?
so, i understand now, we live in a place that there are no peace at all, but you need to find your own peace.
you won't stop searching, till your heart stop beating.
karena adil, sama rata, justice not fair, itu udah sulit didapat di dunia ini. tapi kalau kebenaran? ada, tapi tidak selalu menang.
No comments:
Post a Comment